PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Kamis, 24 Juni 2010
Perbenihan bandeng sudah berkembang cukup pesat di masyarakat, baik berupa hatcheri lengkap (HL) maupun hatcheri skala rumah tangga (HSRT). Sampai saat ini terdapat sekitar 12 unit HL dan sekitar 2000 unit HSRT yang tersebar di Bali Utara. Pada pemeliharaan larva bandeng, pengelola hatcheri masih sangat tergantung dari pakan hidup berupa rotifer. Teknologi ini membutuhkan banyak investasi dalam pembangunan fasilitas dan pemeliharaan untuk memproduksi pakan alami sesuai dengan kebutuhan. Produksi pakan alami sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, dan kekurangan nutrisi akan menyebabkan mortalitas yang tinggi dan bentuk yang tidak sempurna dari benih yang dihasilkan. Oleh karena itu pakan buatan untuk larva penting sebagai substitusi pakan alami untuk meningkatkan produksi benih yang digunakan dalam budidaya dan meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan.
Secara umum, protein yang mempunyai komposisi asam amino yang sama dengan tubuh ikan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi. Dalam pembuatan pakan dapat diformulasi dari beberapa sumber protein untuk mensimulasi komposisi asam amino yang sesuai asam amino tubuh ikan. Untuk menunjang kesinambungan industri pembenihan ini perlu dikembangkan pakan buatan untuk larva secara terus menerus, sehingga diperoleh jeni spakan yang cocok, relatif murah dan mudah diformulasi dari bahan-bahan yang didapat di sekitar dimana pembenihan tersebut di bangun.
Perbaikan metode pemeliharaan larva dengan penambahan bahan buatan terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan vitalitas pakan pada beberapa species ikan serta mengurangi penggunaan pakan hidup, seperti pada ikan red sea bream (Kanazawa et al., 1982), sea bass (Walford and Lam, 1991; Walford et al., 1991; Devresse et al., 1991), flounder (Kanazawa et al., 1989), dan juga milkfish (Duray and Bagarinao, 1984; Marte and Duray, 1991, Suwirya et al., 1999). Hal ini diperkirakan karena pakan buatan mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pakan alami pada musim-musim tertentu. Dari laporan terdahulu ternyata asam dokosaeksanoat (DHA) adalah lebih efektif daripada asam eikosapentanoat (EPA) sebagai asam lemak esential (Takauchi atal. (1992).
Namun akhir-akhir ini harga pakan buatan berupa pakan mikro yang semuanya berasal dari impor melonjak sangat tinggi berkaitan dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini sangat memberatkan pengelola pembenihan bandeng. Penggunaan pakan buatan dengan bahan baku lokal merupakan salah satu alternative untuk mengatasi keterbatasan dan tingginya pakan impor. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan inventarisasi ketersediaan bahan baku lokal yang berpotensi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan larva, serta pembuatan formulasi pakan yang sesuai untuk larva banding dan udang windu.
Penggunaan pakan buatan berupa pakan mikro terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan vitalitas larva bandeng dan udang windu serta mengefisienkan sistem produksi benih. Namun demikian ketergantungan akan pakan buatan yang seluruhnya berasal dari impor dengan harga yang tinggi sangat memberatkan pengelola pembenihan bandeng dan udang windu. Dengan demikian penyediaan pakan lokal sebagai substitusi pakan impor merupakan salah satu alternatif yang tepat.
Selain penggunaan pakan buatan untuk menjagah kelangsungan hidup dan vitalitas larva bandeng dan udang windu serta mengefisienkan sistem produksi benih pakan yang baik dan memiliki nutrisi yang baik yakni pakan alami atau pakan yang berasal dari alam seperti pythoplankton, klakap, lumut, artemia, benthos, moina dan lain-lain.
SELENGKAPNYA
0 komentar:
Posting Komentar