PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang Putih Amerika (Litopenaeus vannamei) atau lebih dikenal dengan sebutan Penaeus vannamei merupakan jenis udang alternative yang dapat dibudidayakan di
B. Tujuan
Sebagai salah satu jenis udang yang baru diintroduksi di
Menurut Poernomo (1979) bahwa pemeliharaan udang memerlukan tekstur tanah liat berpasir karena tanah tersebut baik untuk material pematang, media pertumbuhan makanan alami dan tempat udang membenamkan dirinya. Selanjutnya ditambahkan Potter (1976) bahwa tanah dasar tambak merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menentukan keberhasilan pemeliharaan di tambak karena selain dapat menyediakan dan melepaskan unsur hara juga merupakan tempat terjadinya meniralisasi bahan organik serta ikut menentukan kualitas air.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bratvold dan Browdy di Bluffton USA pada tahun 2002 tentang pengaruh sedimen terhadap produksi dan kualitas air pada udang Vannamei yang dipelihara secara intensif menunjukkan bahwa udang yang dipelihara dengan menggunakan substrat dasar memperlihatkan bobot udang, daya tahan hidup dan produksi yang lebih baik dibandingkan Udang Vannamei yang dipelihara dalam bak tanpa sedimen. Bertitik tolak dari informasi tersebut maka dilakukan penelitian mengenai substrat dasar berbeda untuk mengetahui substrat yang sesuai bagi pertumbuhan dan sintasan udang Vannamei dengan menggunakan 3 jenis substrat untuk mewakili masing – masing kelas tekstur secara umum yakni tanah berpasir, tanah liat dan tanah lempung.
BAB II
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Basah Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Payau Moras. Wadah yang digunakan adalah aquarium ukuran 40 x 30 x 30 cm sebanyak 9 buah. Tiap wadah dilengkapi dengan aerasi serta dilapisi dengan plastik berwarna hitam pada bagian luar untuk menghindari pengaruh cahaya dari luar. Sebagai hewan uji adalah tokolan udang Vannamei dengan berat rata – rata 0,205 g yang ditebar dengan kepadatan 24 ekor/aquarium. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial dalam bentuk crumble dengan nilai nutrisi Protein 42%, Karbohidrat 30%, Lemak 5%, Serat Kasar 3% dan Kadar Air 11% Dosis Pakan adalah 10-15% dari total Biomass dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Penelitian ini menggunakan rancang acak lengkap, perlakukan yang dicobakan adalah pemeliharaan tokolan udang Vannamei pada substrat Pasir Pantai, Substrat Tanah Sawah dan Substrat Tanah Tambak, masing – masing diulang tiga kali. Pengamatan kualitas air dan tanah meliputi Salinitas, Suhu, Air, Oksigen Terlarut, pH, Karbondioksida, Turbidity, Amonia dan bahan organik tanah. Pengukuran panjang dan berat hewan uji dilakukan setiap 10 hari menggunakan mistar dan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,01 g. pada akhir penelitian dilakukan perhitungan pertumbuhan dan sintasan. Laju pertumbuhan spesifik dihitung berdasrakan Jauncy dan Roes (1982) dalam Yacob dan Palinggi (1987) serta sintasan menurut Effendie (1979). Data laju pertumbuhan dan sintasan hewan uji dianalisis ragam untuk mengetahuai pengaruh perlakuan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan pertumbuhan dan sintasan udang Vannamei dapat dilihat pada table 1.
Table 1. Rata – rata pertumbuhan dan sintasan udang Vannamei selama 40 hari.
Peubah | satuan | A (substrat pasir pamtai) | B (substrat tanah sawah) | C (substrat tanah Tambak) |
Lama pemeliharaaan Kepadatan Berat awal Berat akhir Laju pertumbuhan spesifik sintasan | Hari Ekor g g % % | 40 24 0,203 1,381 4,756 100 ª | 40 24 0,204 0,946 3,840 100a | 40 24 0,207 1,753 5,348 100a |
Angka pada baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Tingginya laju pertumbuhan udang Vannamei pada perlakuan tanah tambak diduga karena selain dapat memanfaatkan pakan buatan yang diberikan, udang Vannamei juga dapat memanfaatkan klekap yang cukup tersedia. Pada perlakuan tanah sawah pertumbuhan klekap lebih pesat sehingga menyebabkan terjadinyta fluktuasi oksigen telarut dalam wadah antara siang dan malam hari, selin itu tingkat kekeruhan pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan perlakukan lainnya sehingga dapat menghambat proses respirasi. Menurut Alaerts dan Santika (1984) pada air keruh yang disebabkan oleh kepadatan liat tersuspensi dapat menghambat proses respirasi pada lamella insang hewan – hewan air. Oksigen tersebut dibutuhkan sel untuk bebagai reaksi metabolisme sehingga laju partumbuhan dan kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh kemampuan udang dalam memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kekeruhan yang sangat tinggi akibat adanya suspensi liat berasal dari substrat akibat gerakan udang kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu pernapasan sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang.
Pada perlakuan pasir, pertumbuhan klekap lebih sedikit dan airnya terlihat lebih jernih, namun pertumbuhan Udang vannamei masih lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanah sawah rendahnya pertumbuhan udang Vannamei pada perlakuan pasir diduga disebabkan oleh tingginya tingkat kecerahan pada perlakuan ini. Menurut Suyanto dan Mujiman (2002), udang termasuk binatang yang aktif makan bila situasi redup dan gelap. Namun bila terlalu cerah maka udang akan banyak diam dan tidak suka makan sehingga pertumbuhannya lambat.
Sintasan udang Vannamei pada masing – masing perlakuan adalah 100% berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan substrat tidak meberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan udang Vannamei. Hal itu membuktikan bahwa udang Vannamei pada dasarnya memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, selain itu juga karena sintasan yang dicapai di suatu populasi merupakan gambaran hasil iunteraksi dengan daya dukung Lingkungan dan respon populasi terhadap lingkungan tersebut. Menurut Anonim (2002), udang Vannamei meiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yakni bisa mencapai 80% dengan waktu pemeliharaan yang pendek yakni 90 – 100 hari/siklus.
Tingginya sintasan udang Vannamei pada ke tiga perlakuan diduga karena udang lebih banyak hidup pada kolom air sehingga dapat mengurangi efek buruk dari gas – gas beracun seperti amonia yang terakumulasi di dasar. Selain itu, pada saat moulting udang ini juga dapat membenamkan diri ke dalam substrat untuk menghindari pemangsaan. Selama penelitian terlihat baghwa udang ini setiap saat bias menjadi kanibal atau saling memangsa satu sama lain terutama sehabis moulting. Hal ini didukung oleh peryataan Suyanto dan Mujiman (2002) bahwa sifat yang umum pada udang adalah sifat kanibalisme yakni suatu sifat yang selalu memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini sering timbul pada udang yang sehat dan tidak sedang ganti kulit. Sasarannya adalah udang – udang yang sedang ganti kulit, sehingga udang yang sedang ganti kulit biasanya mencari tempat untuk bersembunyi.
Hasil pengukuran kualitas air (Table 2) menunjukkan bahwa secara umum kualitas air masih berada dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan Udang Vannamei kecuali NH3 yang tinggi yakni mencapai 0,7642 – 3,7539 ppm. Soetomo (2000) menyatakan bahwa air yang mengandung Amonia 1,0 ppm sudah dianggap tercemar namun menurut Anonim (2002) udang vannamei diketahui lebih memiliki daya tahan untuk dibudidayakan di kawasan yang tingkat kerusakan lingkungannya parah dan tercemar berat seperti di kawasan pesisir pulau Jawa yang memiliki tingkat kerusakan lingkungan yang parah.
Table 2. Kisaran nilai parameter kualitas air dan tanah pada setiap perlakuan
Peubah | Satuan | A (substrat pasir pantai) | B (substrat tanah sawah) | C (substrat tanah Tambak) |
Salinitas Suhu Oksigen terlarut pH CO2 Turbidity NH3 Bahan organik tanah | Ppt °C Ppm Ppm NTU Ppm % | 32-38 26-29 2,2-6,0 7,0-8,3 0,7-1,0 4,29-7,99 0,7642-3,1397 6,092-7,908 | 33-38 26-30 1,3-6,0 6,8-8,3 0,8-1,1 20,49-29,92 2,031-3,7539 11,696-18,848 | 33-38 26-29 2,0-6,0 7,0-8,3 0,8-1,0 12,05-23,18 0,8426-3,3837 10,112-14,814 |
Berdasarkan dari hasil analisa bahan organik tanah (tabel 2) maka dapat diketahui pertumbuhan klekap. Pada table 2 terlihat bahwa perlakuan tanah sawah dan tanah tambak memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga pertumbuhan klekap juga tinggi, sebaliknya pada perlakuan pasir memiliki kandungan bahan organik yang rendah sehingga klekap yang tumbuh juga sangat sedikit. Hal ini sejalan dengan pendapat Davide (1976) bahwa tanah dengan kandungan bahan organik lebih besar dari 16% memiliki pertumbuhan klekap yang sangat lebat dan kandungan bahan organik 9 – 15% masih tergolong lebat. Sedangkan kandungan bahan organik 7 – 8 % klekapnya sedikit bahkan tergolong sangat sedikit. Dengan demikian terdapat hubungan nyata antara kandungan bahan organik dengan produksi klekap, dimana semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka pertumbuhan klekap juga akan semakin pesat. Akan tetapi dapat membahayakan populasi udang yang dipelihara karena terjadi persaingan oksigen dalam air. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penguraian bahan organik yang berlebihan dapat mengakibatkan habisnya oksigen dalam perairan dan mengeluarkan gas – gas beracun seperti CO2, NH3, H2S yang sangat membahayakan kehidupan udang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Pertumbuhan Udang Vannamei pada substrat pasir pantai, substrat tanah sawah dan substrat tanah tambak berbeda sangat nyata (P<0,01). Laju pertumbuhan tertinggi diperoleh pada perlakuan substrat tanah tambak yaitu sebesar 5,348%. Sintasan pada semua perlakuan mencapai 100%. Diperlukan kajian mengenai jenis pakan alami yang tumbuh pada masing – masing substrat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2001. Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Warintek menteri riset dan teknologi.
Anonym. 2002. Usaha pertambakan Udang Vannamei Prospektif. Harian bisnis
Alaers, G dan S.S. Santika 1984. metode penelitian air. Usaha nasional.
Dadive.J.G. 1976. Fish Pond Soils and Fertilizers. Reading on Pond Construction and management. SEASDEC Aquakulture Departemen. Lioilo. 5 pp.
Effendie. M. I. 1979. Biologi Perikanan. Bag II. Dinamika populasi ikan. Fakultas ilmu Kelautan dan Perfikanan IPB.
Poernomo. A. 1979. budidaya Udang di Tambak. Proytek penelitian potensi sumberdaya Ekonomi. LIPI.
Potter, T. 1976. the problem to fish culture associated with acid. Sulfate soils and methods for their improvement. 12 th Ann. Nat. conf of the Philip.
Soetomo, M. 2000. Teknik budidaya Udang windu. Sinar baru. Algensindo.
Suyanto, S. R dan Mujiman, A. 2002. budidaya Udang Windu. Penebar swadaya.
Yakob, M. J. R. dan Palinggi. 1987. Pengaruh pemberian pakan dari berbagai sumberProtein tedrhadap Laju peretumbuhan dan kelulusan Hidup Udang Windu. Jurnal penelitian budidaya Pantai. Balitkanta. Maros.
0 komentar:
Posting Komentar