PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Selasa, 01 September 2009
Petani Tambak Aceh Utara Keluhkan Hama MBV Lhokseumawe, (Analisa) Ribuan petani ambak di Kabupaten Aceh Utara, mengeluh akibat belum mampu diatasinya hama Monodon aculo Virus (MBV) yang terus menggerogoti udang piaraan penduduk ditambaktambak udang mereka. Akibatnya, produksi udang sejak beberapa tahun terakhir ini menurun drastis dan kerugian penduduk yang disebabkan oleh serangan virus yang mematikan ini tergolong sangat besar, kata Zakaria (46) salah seorang petani tambak di Aceh Utara
kepada Analisa di Lhokseumawe, Rabu (1/8). Menurutnya, para petani tambak yang selama ini memelihara udang telah beralih memelihara ikan bandeng yang resikonya sangat kecil atau bahkan sama sekali tidak ada resiko. Namun meski tidak ada resiko, memelihara bandeng sebelumnya kurang diminati petani tambak berkantong tebal, karena harga bandeng hanya Rp.12.000kg dan jauh di bawah harga udang yang mencapai Rp25.000-Rp40.000kg. “Menyusul maraknya virus MBV yang sampai saat ini belum ditemukan pestisida yang mematikan, tidak sedikit petani tambak yang membiarkan lahan tambaknya terlantar. Hanya sebagian kecil yang beralih memelihara bandeng,” kata Sayuti, salah seorang petani tambak lainnya.
Merosotnya produksi udang akibat MBV dimaksud telah mematikan beberapa usaha pembibitan udang (hatchery) milik pengusaha, yang kemudian berdampak pada putusnya hubungan kerja sehingga membengkaknya pengangguran di Kabupaten Aceh Utara yang pernah dijuluki sebagai daerah petro dolar.
Tokoh masyarakat Aceh Utara, Syahruddin Hamzah mengimbau pemerintah kabupaten untuk terus memikirkan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakatnya, yang akhir khir angkatan kerja di daerah ini dinilainya sudah sangat membengkak.
“Bukti membengkaknya angkatan kerja terlihat saat pendaftaran polisi hutan di Aceh Utara yang hanya diterima 42 orang, namun yang mendaftar mencapai1.200 orang lebih, begitu pula saat penerimaan PNS setiap tahunnya, meski yang diterima terbatas tetapi
yang mendaftar ribuan,” kata Syahruddin. (san)
kepada Analisa di Lhokseumawe, Rabu (1/8). Menurutnya, para petani tambak yang selama ini memelihara udang telah beralih memelihara ikan bandeng yang resikonya sangat kecil atau bahkan sama sekali tidak ada resiko. Namun meski tidak ada resiko, memelihara bandeng sebelumnya kurang diminati petani tambak berkantong tebal, karena harga bandeng hanya Rp.12.000kg dan jauh di bawah harga udang yang mencapai Rp25.000-Rp40.000kg. “Menyusul maraknya virus MBV yang sampai saat ini belum ditemukan pestisida yang mematikan, tidak sedikit petani tambak yang membiarkan lahan tambaknya terlantar. Hanya sebagian kecil yang beralih memelihara bandeng,” kata Sayuti, salah seorang petani tambak lainnya.
Merosotnya produksi udang akibat MBV dimaksud telah mematikan beberapa usaha pembibitan udang (hatchery) milik pengusaha, yang kemudian berdampak pada putusnya hubungan kerja sehingga membengkaknya pengangguran di Kabupaten Aceh Utara yang pernah dijuluki sebagai daerah petro dolar.
Tokoh masyarakat Aceh Utara, Syahruddin Hamzah mengimbau pemerintah kabupaten untuk terus memikirkan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakatnya, yang akhir khir angkatan kerja di daerah ini dinilainya sudah sangat membengkak.
“Bukti membengkaknya angkatan kerja terlihat saat pendaftaran polisi hutan di Aceh Utara yang hanya diterima 42 orang, namun yang mendaftar mencapai1.200 orang lebih, begitu pula saat penerimaan PNS setiap tahunnya, meski yang diterima terbatas tetapi
yang mendaftar ribuan,” kata Syahruddin. (san)
0 komentar:
Posting Komentar