Sangat berbahayanya virus yang di bawa oleh udang vannamei ini pada Desember 2007, pemerintah kembali melarang impor dengan mengeluarkan peraturan bersama Menteri Perdagangan dengan Menteri Kelautan dan Perikanan. Setelah melakukan review selama 6 bulan, akhirnya pada 27 Juni lalu, pemerintah mengeluarkan kembali peraturan bersama no. 23 tahun 2008 yang berisi pelarangan impor udang jenis jenis tertentu masuk ke wilayah
Semoga Aceh Tidak
Apabila udang vannamei masuk ke Provinsi Aceh, maka semua stoke holder perikanan yang ada di provinsi Aceh harus siap dengan segala kemungkinan. Sampai saat ini serangan virus yang menyebabkan kematian pada tambak udang windu hanya berasal dari wssv. Sangat berbeda pada daerah yang memiliki budidaya udang vannamei.
Kejadian serupa bisa berulang bila kita memperbolehkan udang vanamei masuk ke Aceh. Akan ada petambak yang memasukkan udang vaname tidak bersertifikat yang tidak bebas virus misalkan IHHNV, MyO, TSV, HPV dll maka udang windu Aceh dengan sumber genetic terkaya akan menjadi udang dengan virus terkaya
Postulat ilmiah akan berlaku, sekali masuk, virus tidak akan bisa dibersihkan, kalaupun udang windunya kuat, kita belum tahu apa yang akan terjadi pada udang jenis lain yang ada misalkan udang putih, metapenaeus dan rebon yang juga dijadikan komoditas ekonomi nelayan setempat.
Mengapa ?
Aceh dikenal penghasil induk udang terbaik di dunia, seperti di pantai Timur, di kawasan Pereulak, induk udang windu berkualitas prima dihasilkan setiap hari. Di pera
iran inilah para pedagang mengekspor udangnya ke
Pada era booming udang windu tahun 1980an petambak petambak di Aceh Timur sering tidak sabar menunggu giliran produksi benih dari daerah setempat sehingga ada yang mengimpor benihnya dari Sumatera Utara , Lampung dan Jawa Barat. Akibatnya bisa ditebak, ind
uk alamnya mulai terkena WSSV walaupun masih rendah (maksimum 2 %) hingga sekarang.
Alasan kedua, Aceh sekarang sedang mengembangkan jen
is udang baru yaitu udang Lambouh dengan nama ilmiah Penaeus titik titik karena belum ketahuan jenisnya. Namun dikalangan cold storage sumatera dikenal sebagai White tiger shrimp. Udang ini secara fisik terukur mirip udang windu mulai dari rostrum, hepatic carina, morfologis dll namun pola warnanya sangat berbeda karena tubuhnya dan antenanya polos tidak berbelang serta kaki renangnya merah. Tekstur dagingnyapun kenyal mirip udang windu. Dalam pemeliharaan tradisional 3.5 bulan diperoleh biomass 720 kg per Ha dengan ukuran rerata 22.5 gram, tanpa kincir dan air baru. Udang ini hanya diperoleh pada bulan Nopember hingga awal februari sehingga masih terhitung langka.
Bisa dibayangkan bila udang vanamei diintroduksikan dipantai Barat Aceh, maka akan terjadi kisah serupa dengan windu aceh timur atau bahkan lebih parah akibatnya, tidak ada yang tahu dan tidak perlu dipakai coba coba., sehingga kekayaan genetic udang di perairan Aceh harus di lindungi
1 komentar:
THANKS MR.
Posting Komentar