PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Jumat, 19 Februari 2010
Dalam sejarah perkembangan budidaya udang windu di Indonesia dijumpai banyak kendala yang mengakibatkan produksi udang berfluktuasi. Kendala itu adalah berjangkitnya wabah penyakit yang berakibat pada kematian udang secara massal di tambak. Selain itu, faktor kualitas lingkungan juga memegang peranan penting dalam epizootiologi penyakit.
Diantara jenis penyakit yang menyerang udang windu, penyakit viral adalah penyakit yang paling ganas dan mengakibatkan kerugian paling besar. Tercatat wabah penyakit kepala kuning, dan bercak putih telah melanda pertambakan Indonesia dan mengakibatkan kematian udang berumur antara 1 - 2 bulan.
A. PENYAKIT VIRAL PADA UDANG
Pada dekade terakhir, penyakit viral telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar di kalangan petambak. Penyebaran penyakit terjadi secara cepat dan melanda satu kawasan dalam waktu sangat singkat. Ada sekitar 5 jenis penyakit viral yang telah dideteksi yaitu
1. IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus),
2. HPV (Hepatopancreatic Parvolike Virus),
3. MBV (Monodon Baculavirus),
4. SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus),
5. YHV (Yellow Head Virus).
Jenis MBV dan SEMBV telah dideteksi meluas di seluruh tambak di Indonesia.
Penyakit ini menyerang udang berumur 1 - 2 bulan telah tebar.
Serangan MBV ditandai dengan perubahan hepatopankreas yang menjadi kekuningan karena mengalami kerusakan.
Kasus ini melanda sejak tahun 1998 dengan tingkat kematian lebih dari 90% dalam waktu 2 minggu sejak gejala serangan dijumpai.
Sedangakan penyakit yang diakibatkan oleh SEMBV ditandai dengan timbulnya putih berukuran 0,5 - 2,0 mm pada bagian karapas hingga menjalar ke ujung ekor.
Bercak putih yang timbul adalah sebagai akibat abnormal depasit garam kalsium oleh lapisan epidermis kutikular.
Tanda serangan YHV di tambak kepala udang berwarna kekuningan.
EPIZOOTIOLOGI INFEKSI
Epizootiologi adalah faktor transmisi dan reservoir infeksi. Penyebab penyakit udang dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal terjadi melalui rantai makanan atau virion yang terbatas ke lingkungan dan masuk ke tubuh udang yang sehat.
Secara vertikal terjadi dengan cara induk yang menjadi karier virus akan menularkan melalui kotoran yang setelah bebas di air akan menginfeksi larva. Infeksi pada umumnya terjadi melalui 3 rute utama yaitu kulit, insang, dan saluran pencernaan.
Jenis virus , kisaran insang dan dampak yang ditimbulkan
Virus Kisaran host Tanda klinis dan Mortalitas
IHHNV P. Stylirastris, P. Vannamei, P. Occidentalis Kronis, kematian pada PL 35
HPV P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Chinensis, P. Esculenstus, P. Monodon, P. Japonicus, P. Penicillatus, P. Idicus, dan P. Stylirastris Kronis, kematian bertahap antara 50-100% dalam waktu 4 minggu setelah gejala klinis teramati
MBV P. Monodon, P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Indicus, P. Pleejus, P. Penicillatus, P. Escuenstus, dan P. Kerathurus, kemungkinan P. Vannamei Sub akut atau kronis
YHV P. Monodon, P. Vannamei, P. Stylirastris, P. Aztecus, dan P.Cluadarum Akut, mortalitas masal terjadi 3-5 hari setelah gejala klinis teramati
WSBV atau SEMBV P. Monodon, P. Japonicus, P. Chinensis, P. Indicus, P. Merguiensis, dan P. Setiferus Akut, mortalitas masal dalam waktu 3-10 hari setelah gejala klinis teramati
DIAGNOSIS VIRUS
Saat ini telah dikembangkan berbagai metode diagnosis virus diantaranay metode konvensional seperti histipatologi, dasblot, hibridisasi, in situ dan PCR dan RT-PCR. Metode diagnosis dengan PCR mungkin merupakan salah satu metode yang paling cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain
Sampel dapat disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm), untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi.
PENGENDALIAN PENYAKIT
Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Tindakan pencegahan ini meliputi :
1. Penyediaan benih bebas virus
2. Pembersihan karien di lingkungan tambak merupakan alternatif yang paling berhasil untuk program pengendalian penyakit viral.
3. Aplikasi ilmunostimulan dapat merangsang sistem kekebalan non spesifik udang windu
4. Penjagaan kualitas lingkungan
Vaksinasi kurang bermanfaat sebab sistem respon imun pada udang yang masih sangat sederhana.
B. PENYAKIT BAKTERIAL PADA UDANG
Ditingkat kerugian, serangan penyakit bakterial jarang sekali menimbulkan kematian secara massal pada udang di tambak. Tapi di pembenihan menjadi masalah serius seperti berjangkitnya penyakit larva nyala (Luminous disease)
JENIS PENYAKIT
Beberapa jenis penyakit bakterial yang dijumpai menyerang udang di tambak diantaranya adalah
1. penyakit insang hitam,
2. penyakit ekor geripis,
3. kaki putus,
4. bercak hitam,
5. kulit dan otot hitam (black splincter disease).
Bakteri Vibrio Sp., seperti ; Vibrio Alginolyticus, V. Parahaemolyticus, dan V. Anguillanum merupakan bakteri yang erat kaitannya dengan penyakit tersebut.
Peningkatan virulensi patogen diperkuat dengan jeleknya manajemen kuaiiatas air, yang tidak jarang menimbuikan kematian udang.
Secara umum Vibrio Sp termasuk patogen opportunis bagi udang windu.
EPIZOOTIOLOGI
Transmisi infeksi bakteri dapat terjadi baik secara vertikal dan horizontal, dengan rute infeksi melalui kulit, insang dan pencemaan makanan.
Tidak seperti halnya dengan virus, tidak ada reservoir spesitik bagi infeksi bacterial.
Seperti ikan, udang, fitoplaknton, kotoran dapat menjadi media bagi patogen bakterial.
Karenanya penyakit bakterial termasuk kelompok "water borne disease", karena dapat dikatakan air merupakan resevoir bakteri.
DIAGNOSIS PENYAKIT
Diagnosis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan;
1. bagian jaringan otot,
2. bagian yang menunjukkan luka, insang dan hemolimfe.
3. Sampel kemudian dibiakkan pada permukaan media TCBS
4. dilakukan identifikasi untuk menentukan jenis bakteri.
5. diperlukan sampel segar, dari udang yang masih hidup atau hampir mati (Maribund) untuk menghindari adanya kontaminasi.
6. sampel dapat dibawa dalam keadaan hidup atau disimpan dalam termos dengan es batu.
PENGENDALIAN
Apabila sedang terjadi wabah (outbreak) pemakaian antibiotik dapat dilakukan dengan cara pencampuran ke dalam pakan.
Sebelum diberikan sebaiknya dilakukan sensitivitas antibiotik sehingga diperoleh jenis dan dosis pengobatan yang tepat.
Pemakaian vaksin tidak banyak menolong.
Penggunaan vitamin C, imunostimulan selain vaksin dapat dilakukan.
C. PENYAKIT MIKOTIK
Penyakit ini relatif jarang dijumpai menimbulkan masalah pada budidaya udang windu di tambak.
Salah satu jenis jamur adalah Fusarium Sp. yang dapat menyebabkan;
Infeksi insang udang,
Penyakit insang hitam.
Dengan bantuan mikroskop, akan ditemukan makrokonidia jamur pada insang yang berwarna kehitaman.
EPIZOOTOLOGI
Penyebaran penyakit seperti halnya penyakit bakterial, yaitu melalui air, sehingga termasuk kategori "water borne disease". Faktor pemicu timbulnya penyakit yaitu
kondisi lingkungan yang jelek,
air kaya bahan organik , menjadi pemicu munculnya penyakit ini.
Reservoir jamur adalah air, dan bahan organik yang melimpah di lingkungan air tambak dapat menjadi media yang subur bagi berkembangnya jamur.
D. PENYAKIT FOULING
Dikenal sebagai Fouling disease yang mengakibatkan
Penampilan udang menjadi tidak menarik.
Tubuh udang kelihatan seperti berlumut, dengan warna kecoklatan yang diakibatkan oleh penempelan protozoa jenis Varticella sp dan Zoothamnium sp.
Protozoa ini juga sering menempel pada insang sehingga kelihatan berwama kecoklatan dan pada akhirnya akan mengakibatkan warna insang menjadi kehitaman, karena nekrosis.
EPIZOOTOLOGI
Seperti halnya dengan penyakit bakterial, protozoa termasuk ke dalam golongan patogen apportunis dan merupakan water borne disease. Hal ini karena protozoa juga merupakan organisme yang bersifat organisme heterotrofik yang mampu menggunakan bahan organik dari organisme yang telah mati. Transmisi protozoa karenanya terjadi secara horizontal.
DIAGNOSIS PENYAKIT.
Konfirmasi penyakit dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran rendah hingga 400 x. Dengan pemeriksaan ini akan terlihat baik Vorticella sp. Sebagai sel tunggal dilengkapi tangkai dan bergerak atau Zoothamnium sp. Sebagai koloni dengan percabangan dua-dua (bina). Masing-masing dengan tangkai yang dapat bergerak secara bersamaan. Gunakan tangkai seperti pegas disebabkan oleh adanya benang gerak diadakan tangkai.
PENGENDALIAN PENYAKIT.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara pengelolaan kualitas air, dengan menghindari bahan organik berlebihan dalam air media pemeliharaan, merangsang udang moulting dan segera melakukan penggantian air secara kontinyu.
E. PENYAKIT NUTRITIF.
Penyakit Nutritif dapat terjadi meskipun prasensasinya relatif jarang terjadi. Pakan buatan yang terkontaminasi oleh aspeegillus flavus, dan penicellum sp dapat menjadi penyebab udang menderita keracunan. Faktor penyebabnya adalah pakan yang diberikan sudah masa kadaluwarsa, dan disimpan pada kondisi lembab. Kekurangan vitamin C dapat juga terjadi.
Dari : Mina Diklat BPPP Belawan Medan
Diantara jenis penyakit yang menyerang udang windu, penyakit viral adalah penyakit yang paling ganas dan mengakibatkan kerugian paling besar. Tercatat wabah penyakit kepala kuning, dan bercak putih telah melanda pertambakan Indonesia dan mengakibatkan kematian udang berumur antara 1 - 2 bulan.
A. PENYAKIT VIRAL PADA UDANG
Pada dekade terakhir, penyakit viral telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar di kalangan petambak. Penyebaran penyakit terjadi secara cepat dan melanda satu kawasan dalam waktu sangat singkat. Ada sekitar 5 jenis penyakit viral yang telah dideteksi yaitu
1. IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus),
2. HPV (Hepatopancreatic Parvolike Virus),
3. MBV (Monodon Baculavirus),
4. SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus),
5. YHV (Yellow Head Virus).
Jenis MBV dan SEMBV telah dideteksi meluas di seluruh tambak di Indonesia.
Penyakit ini menyerang udang berumur 1 - 2 bulan telah tebar.
Serangan MBV ditandai dengan perubahan hepatopankreas yang menjadi kekuningan karena mengalami kerusakan.
Kasus ini melanda sejak tahun 1998 dengan tingkat kematian lebih dari 90% dalam waktu 2 minggu sejak gejala serangan dijumpai.
Sedangakan penyakit yang diakibatkan oleh SEMBV ditandai dengan timbulnya putih berukuran 0,5 - 2,0 mm pada bagian karapas hingga menjalar ke ujung ekor.
Bercak putih yang timbul adalah sebagai akibat abnormal depasit garam kalsium oleh lapisan epidermis kutikular.
Tanda serangan YHV di tambak kepala udang berwarna kekuningan.
EPIZOOTIOLOGI INFEKSI
Epizootiologi adalah faktor transmisi dan reservoir infeksi. Penyebab penyakit udang dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal terjadi melalui rantai makanan atau virion yang terbatas ke lingkungan dan masuk ke tubuh udang yang sehat.
Secara vertikal terjadi dengan cara induk yang menjadi karier virus akan menularkan melalui kotoran yang setelah bebas di air akan menginfeksi larva. Infeksi pada umumnya terjadi melalui 3 rute utama yaitu kulit, insang, dan saluran pencernaan.
Jenis virus , kisaran insang dan dampak yang ditimbulkan
Virus Kisaran host Tanda klinis dan Mortalitas
IHHNV P. Stylirastris, P. Vannamei, P. Occidentalis Kronis, kematian pada PL 35
HPV P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Chinensis, P. Esculenstus, P. Monodon, P. Japonicus, P. Penicillatus, P. Idicus, dan P. Stylirastris Kronis, kematian bertahap antara 50-100% dalam waktu 4 minggu setelah gejala klinis teramati
MBV P. Monodon, P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Indicus, P. Pleejus, P. Penicillatus, P. Escuenstus, dan P. Kerathurus, kemungkinan P. Vannamei Sub akut atau kronis
YHV P. Monodon, P. Vannamei, P. Stylirastris, P. Aztecus, dan P.Cluadarum Akut, mortalitas masal terjadi 3-5 hari setelah gejala klinis teramati
WSBV atau SEMBV P. Monodon, P. Japonicus, P. Chinensis, P. Indicus, P. Merguiensis, dan P. Setiferus Akut, mortalitas masal dalam waktu 3-10 hari setelah gejala klinis teramati
DIAGNOSIS VIRUS
Saat ini telah dikembangkan berbagai metode diagnosis virus diantaranay metode konvensional seperti histipatologi, dasblot, hibridisasi, in situ dan PCR dan RT-PCR. Metode diagnosis dengan PCR mungkin merupakan salah satu metode yang paling cepat dan menjanjikan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan metode lain
Sampel dapat disiapkan dalam awetan alkohol 70% dalam potongan kecil (0,5 cm), untuk PCR dan penggunaan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi.
PENGENDALIAN PENYAKIT
Tidak ada jenis antibiotik dan kemoterapi lain yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit viral. Pencegahan lebih efektif untuk pengendalian penyakit viral. Tindakan pencegahan ini meliputi :
1. Penyediaan benih bebas virus
2. Pembersihan karien di lingkungan tambak merupakan alternatif yang paling berhasil untuk program pengendalian penyakit viral.
3. Aplikasi ilmunostimulan dapat merangsang sistem kekebalan non spesifik udang windu
4. Penjagaan kualitas lingkungan
Vaksinasi kurang bermanfaat sebab sistem respon imun pada udang yang masih sangat sederhana.
B. PENYAKIT BAKTERIAL PADA UDANG
Ditingkat kerugian, serangan penyakit bakterial jarang sekali menimbulkan kematian secara massal pada udang di tambak. Tapi di pembenihan menjadi masalah serius seperti berjangkitnya penyakit larva nyala (Luminous disease)
JENIS PENYAKIT
Beberapa jenis penyakit bakterial yang dijumpai menyerang udang di tambak diantaranya adalah
1. penyakit insang hitam,
2. penyakit ekor geripis,
3. kaki putus,
4. bercak hitam,
5. kulit dan otot hitam (black splincter disease).
Bakteri Vibrio Sp., seperti ; Vibrio Alginolyticus, V. Parahaemolyticus, dan V. Anguillanum merupakan bakteri yang erat kaitannya dengan penyakit tersebut.
Peningkatan virulensi patogen diperkuat dengan jeleknya manajemen kuaiiatas air, yang tidak jarang menimbuikan kematian udang.
Secara umum Vibrio Sp termasuk patogen opportunis bagi udang windu.
EPIZOOTIOLOGI
Transmisi infeksi bakteri dapat terjadi baik secara vertikal dan horizontal, dengan rute infeksi melalui kulit, insang dan pencemaan makanan.
Tidak seperti halnya dengan virus, tidak ada reservoir spesitik bagi infeksi bacterial.
Seperti ikan, udang, fitoplaknton, kotoran dapat menjadi media bagi patogen bakterial.
Karenanya penyakit bakterial termasuk kelompok "water borne disease", karena dapat dikatakan air merupakan resevoir bakteri.
DIAGNOSIS PENYAKIT
Diagnosis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan;
1. bagian jaringan otot,
2. bagian yang menunjukkan luka, insang dan hemolimfe.
3. Sampel kemudian dibiakkan pada permukaan media TCBS
4. dilakukan identifikasi untuk menentukan jenis bakteri.
5. diperlukan sampel segar, dari udang yang masih hidup atau hampir mati (Maribund) untuk menghindari adanya kontaminasi.
6. sampel dapat dibawa dalam keadaan hidup atau disimpan dalam termos dengan es batu.
PENGENDALIAN
Apabila sedang terjadi wabah (outbreak) pemakaian antibiotik dapat dilakukan dengan cara pencampuran ke dalam pakan.
Sebelum diberikan sebaiknya dilakukan sensitivitas antibiotik sehingga diperoleh jenis dan dosis pengobatan yang tepat.
Pemakaian vaksin tidak banyak menolong.
Penggunaan vitamin C, imunostimulan selain vaksin dapat dilakukan.
C. PENYAKIT MIKOTIK
Penyakit ini relatif jarang dijumpai menimbulkan masalah pada budidaya udang windu di tambak.
Salah satu jenis jamur adalah Fusarium Sp. yang dapat menyebabkan;
Infeksi insang udang,
Penyakit insang hitam.
Dengan bantuan mikroskop, akan ditemukan makrokonidia jamur pada insang yang berwarna kehitaman.
EPIZOOTOLOGI
Penyebaran penyakit seperti halnya penyakit bakterial, yaitu melalui air, sehingga termasuk kategori "water borne disease". Faktor pemicu timbulnya penyakit yaitu
kondisi lingkungan yang jelek,
air kaya bahan organik , menjadi pemicu munculnya penyakit ini.
Reservoir jamur adalah air, dan bahan organik yang melimpah di lingkungan air tambak dapat menjadi media yang subur bagi berkembangnya jamur.
D. PENYAKIT FOULING
Dikenal sebagai Fouling disease yang mengakibatkan
Penampilan udang menjadi tidak menarik.
Tubuh udang kelihatan seperti berlumut, dengan warna kecoklatan yang diakibatkan oleh penempelan protozoa jenis Varticella sp dan Zoothamnium sp.
Protozoa ini juga sering menempel pada insang sehingga kelihatan berwama kecoklatan dan pada akhirnya akan mengakibatkan warna insang menjadi kehitaman, karena nekrosis.
EPIZOOTOLOGI
Seperti halnya dengan penyakit bakterial, protozoa termasuk ke dalam golongan patogen apportunis dan merupakan water borne disease. Hal ini karena protozoa juga merupakan organisme yang bersifat organisme heterotrofik yang mampu menggunakan bahan organik dari organisme yang telah mati. Transmisi protozoa karenanya terjadi secara horizontal.
DIAGNOSIS PENYAKIT.
Konfirmasi penyakit dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran rendah hingga 400 x. Dengan pemeriksaan ini akan terlihat baik Vorticella sp. Sebagai sel tunggal dilengkapi tangkai dan bergerak atau Zoothamnium sp. Sebagai koloni dengan percabangan dua-dua (bina). Masing-masing dengan tangkai yang dapat bergerak secara bersamaan. Gunakan tangkai seperti pegas disebabkan oleh adanya benang gerak diadakan tangkai.
PENGENDALIAN PENYAKIT.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara pengelolaan kualitas air, dengan menghindari bahan organik berlebihan dalam air media pemeliharaan, merangsang udang moulting dan segera melakukan penggantian air secara kontinyu.
E. PENYAKIT NUTRITIF.
Penyakit Nutritif dapat terjadi meskipun prasensasinya relatif jarang terjadi. Pakan buatan yang terkontaminasi oleh aspeegillus flavus, dan penicellum sp dapat menjadi penyebab udang menderita keracunan. Faktor penyebabnya adalah pakan yang diberikan sudah masa kadaluwarsa, dan disimpan pada kondisi lembab. Kekurangan vitamin C dapat juga terjadi.
Dari : Mina Diklat BPPP Belawan Medan
0 komentar:
Posting Komentar