PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Sabtu, 07 Mei 2011
Penyebaran Ganoderma melalui media tanah, serangan dapat diawali sejak pembibitan sampai dengan tanaman yang sudah menghasilkan, untuk itu salah satu upaya pencegahannya dengan cara membatasi penyebaran bibit kelapa sawit antar pulau/provinsi karena media tanah asal bibit tersebut disertakan. Kondisi ini dapat dicegah melalui pengiriman benih dalam bentuk seed dari sumber benih kemudian dikembangkan menjadi kecambah/bibit pada lahan yang akan ditanami, disamping itu melalui upaya-upaya lain yaitu :
Monitoring atau pengamatan penyakit, terhadap tingkat serangan, penyebaran, dan perkembangan penyakit BPB di lapangan.
Pengendalian secara kultur teknis, meliputi:
– Sanitasi pada saat peremajaan, bertujuan untuk mengurangi inokulum Ganoderma spp. potensial pada areal tanam ulang eks kelapa maupun kelapa sawit. Cara ini dapat mengurangi kasus penyakit BPB sebesar 60% hingga tahun ke-15.
– Sanitasi tegakan, bertujuan untuk mengendalikan penularan sekunder dari penyakit dan mengurangi terbawanya inokulum ke generasi tanaman berikutnya. Dengan cara ini kasus penyakit BPB dapat ditekan sampai 25%.
– Penimbunan pangkal batang. Cara ini cukup efektif pada tanaman tua hingga 2 – 4 tahun sebelum diremajakan.
– Penghindaran penyakit dengan membuat lubang tanam besar (big hole/hole in hole).
• Pengendalian hayati
– Rotasi tanaman pada areal yang telah terserang berat penyakit BPB dengan menggunakan tanaman semusim, seperti padi, jagung, kacang tanah selama 1 – 2 tahun.
– Penggunaan jamur antagonis Trichoderma spp.
• Pengendalian kimiawi, beberapa fungisida dengan bahan aktif triazol, tridemorf, triadimenol, dan triadimefon diketahui dapat menekan serangan penyakit BPB. Pada tanaman sakit dengan gejala awal, dapat digunakan fumigan dazomet.
Adapun peran serta lembaga riset dan para pelaku Perkebunan dalam penanganan penyakit BPB meliputi :
Melakukan Eradikasi pada tanaman terserang berat
Pengendalian dengan Fungisida
Perbaikan budidaya tanaman
Memfasilitasi penyediaan bahan informasi mengenai pengendalian hama terpadu pada tanaman kelapa sawit.
Menyebarkan pedoman baku operasional pengamatan dan pengendalian OPT tanaman kelapa sawit termasuk di dalamnya penyakit BPB.
Mencegah pemasukan sumber inokulum dari luar negeri dengan peraturan karantina termasuk peraturan karantina antar pulau (domestik).
Memfasilitasi kerjasama penelitian pengendalian penyakit BPB dengan Malaysia.
Peran Lembaga riset dan pelaku usaha perkebunan sangat diperlukan dalam upaya mengendalikan penyakit BPB, terutama dalam penyediaan benih yang tahan terhadap penyakit BPB. Namun demikian, sampai dengan saat ini belum diperoleh benih yang tahan terhadap penyakit BPB. Saat ini sedang dijajaki penelitian biomolekuler untuk tanaman kelapa sawit yang tahan terhadap Ganoderma melalui kerjasama dengan pihak Malaysia.
Untuk sebaran penyakit berdasarkan wilayah, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan, sebagai berikut :
Luas serangan pada pada triwulan ke-4 tahun 2006, serangan penyakit BPB dilaporkan terjadi di Sumatera Utara seluas 142 ha dan di Kalimantan Selatan seluas 24 ha.
Pada triwulan ke-1 tahun 2008, serangan penyakit BPB hanya dilaporkan terjadi di Sumatera Utara seluas 2.691 ha, sementara di Kalimantan Selatan sudah tidak terjadi serangan.
Diduga, penyakit BPB saat ini sudah banyak terjadi di luar kedua propinsi tersebut, namun tidak dilaporkan. Sampai saat ini areal terluas pertanaman kelapa sawit memang berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Luas areal serangan Ganoderma spp. Per Triwulan I 2008 di Propinsi Sumut
- Serangan Ringan : 1.771,89 ha
- Serangan Berat : 918,80 ha
- Total Serangan : 2.690,69 ha
Wujud, Bentuk dan Ciri-ciri Ganoderma :
Ciri khas Ganoderma adalah terbentuknya tubuh buah (sporophore) atau basidioma (basidiokarp), pada pangkal batang atau pada akar sakit di dekat batang kelapa sawit yang terserang.
Tubuh buah mula-mula tampak sebagai suatu bonggol kecil berwarna putih dan selanjutnya berkembang membentuk seperti kipas tebal yang bentuknya dapat bervariasi.
Meskipun membentuk tubuh buah, sampai sekarang peran sporanya dalam penularan penyakit masih belum diketahui dengan jelas. Spora dikatakan tidak dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada pertanaman kelapa sawit sehat, namun diduga dapat mengadakan infestasi dan berkembang pada tunggul-tunggul kayu yang seterusnya dapat menjadi sumber infeksi bagi tanaman kelapa sawit sehat.
Selain itu, diketahui bahwa G. boninense memiliki beberapa ras yang berbeda, bahkan pada satu tanaman sakit mungkin terdapat beberapa ras yang berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar