PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Kamis, 23 Juli 2009
Kapal Penagkapan Ikan
Semua kegiatan yang berhubungan dengan perairan apalagi jika berbicara tentang penangkapan ikan pastilah sangat membutuhkan alat transportasi dan alat penampung hasil penangkapan. Oleh karena itu semenjak zaman dahulu melalui proses perkembangan yang sangat panjang terciptalah alat transportasi yang kita kenal sekarang yaitu Kapal. Kapal adalah setiap jenis kendaraan air, termasuk berat kapal tanpa berat benam ( berat tanpa muatan/ berat bersih) dan pesawat terbang laut yang digunakan sebagai sarana pengangkutan di air. (P2TL,1972).
Kapal pukat cincin (purse seine) biasanya di sebut purse seiner. Pukat cincin dapat dioperasikan dengan satu kapal atau dua kapal. Salah satu kapal harus mempunyai olah gerak yang baik dan cepat, karena kecepatan kapal melingkarkan jaring pada gerombolan ikan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Kapal juga harus dilengkapi dengan palkah yang mempunyai kapasitas yang cukup untuk menyimpan hasil tangkapan selama operasi penangkapan berlangsung. Kapal pukat cincin harus mampu bergerak cepat terutama pada saat mengejar gerombolan ikan dan pada saat proses pelingkaran jaring, untuk itu mesin penggeraknya harus mempunyai daya atau tenaga dorong yang kuat. Selain itu stabilitas kapal pukat cincin harus mantap karena pada saat operasi berlangsung kapal akan menerima beban ke samping yang menyebabkan kapal miring dan keadaan itu sangat berbahaya apabila laut berombak besar. Untuk mendapatkan stabilitas kapal yang cukup baik pada kapal pukat cincin, perlu diperhatikan lebar kapal yang cukup besar dan tinggi kapal yang tidak terlalu tinggi.(Ditjen Perikanan,1992).
Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine dalam statistic perikanan Indonesia disebut dengan pukat cincin. Disebut pukat cincin karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan bagian bawah jaring sehingga terbentuk kantong. Ada pula yang menyebutkan purse seine dengan sebutan jaring kantong. Alat ini di operasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, sehingga disebut dengan jaring lingkar. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis, baik pelagis kecil maupun pelagis yang besar.
Prinsip penangkapan purse seine adalah dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang telah terkurung tidak lolos dari perangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan dengan tali kerut (purse line), sehingga purse seine membentuk seperti tangguk. Kemudian ikan yang telah tertangkap dinaikkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang Jawa Tengah yang selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun 1973 dan 1974. Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah lama mengenal purse seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya) dengan nama berbeda-beda seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam), Pukat langgar (di Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara dan Maluku), dan Gae (di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan).
Keberhasilan operasi penangkan ikan dengan pukat cincin ditentukan oleh desain alat tangkapnya. Berdasarkan prisip alat tangkap ikan purse seine, maka pembuatan jaring harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijadikan dasar pembuatan desain, antara lain sebagai berikut :
Jaring harus cukup panjang sehingga mampu melingkari gerombolan ikan/ sasaran penangkapan. Panjang jaring haruslah lebih dari 15 kali panjang kapal dan panjang kantong jaring minimal sama panjang dengan panjang kapal.
Jaring harus mempunyai kedalaman yang cukup besar agar ikan/ sasaran yang meloloskan diri secara vertical ke bawah dapat terhambat oleh jaring.
Mata jaring harus cukup lebar untuk mengurangi berat tahan jaring tetapi juga cukup sempit agar ikan terjerat/ terpuntal pada jaring. Pada bagian kantong mempunyai ukuran lebih kecil dari pada bagian jaring lainnya.
Jaring dilengkapi dengan pelampung yang cukup untuk mendukung berat jaring, termasuk berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong. Tetapi jumlah pemberat harus sesedikit mungkin dan cukup untuk menciptakan kecepatan tenggelam. Pemberat purse seine rata-rata 0,8 kg/meter dan daya apung minimal 2x jumlah pemberat (termasuk daya tenggelam bagian lainya).
Ayodhyoa (1985), mengatakan bahwa ikan-ikan pelagis umumnya membentuk gerombolan (schoal) serta berada dekat permukaan air. Ikan-ikan tertangkap purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakanya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping (horizontal) maupun ke arah vertical.
Purse seine merupakan alat tangkap berbentuk jaring yang dilingkari dengan kapal yang berkecapatan tinggi. Di bagian bawah jaring terdapat beberapa cincin untuk lintasan tali kerut. Tali kerut ditarik agar terbentuk kantong di tengah atau disalah satu ujung jaring. Pada umumnya jaring terdiri dari tiga bagian : sayap, badan, kantong.
Nasution (1978), mengatakan purse seine termasuk alat tangkap yang khusus untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Purse seine dapat menangkap ikan dengan segala ukuran, mulai dari ikan-ikan kecil sampai ikan-ikan besar tergantung pada mata jaring yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring yang digunakan maka semakin kecil ikan yang tertangkap.
Nasution (1995), mengatakan bahwa bagian-bagian utama dari purse seine adalah sebagai berikut :
Jaring utama
Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian purse seine berbeda-beda, dan ada pula yang sama. Bagian yang mempunyai ukuran yang sama terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang besar. Sementara itu pada bagian kantong ukuran matanya kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan. Pada umumnya ukuran benang yang digunakan adalah kebalikan dari mata jaring. Semakin kecil ukuran mata jaring maka ukuran benangnya semakin besar, begitu sebaliknya.
Selvedge
Pada tali ris atas maupun tali ris bawah, selvedge merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah robek pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya ukuran mata jaring pada selvedge dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama. Sedangkan untuk ukuran mata benangnya tiga sampai empat kali lebih besar dari ukuran mata jaring utama. Bahan yang digunakan adalah Poly Ethylene (PE) atau nylon (PA).
Tali Ris
Tali ris terdiri dari ris atas dan ris bawah. Tali ris atas untuk pelampung dan tali ris bawah untuk pemberat. Tali ris atas maupun bawah menggunakan tali yang arah pintalnya berlawanan yaitu pintalan kiri dan pintalan kanan. Hal ini gunanya untuk mencegah agar jaring tidak mudah terbelit atau melintir.
Pelampung
Pelampung berguna untuk memberi daya apung pada alat tangkap agar alat tangkap tersebut dapat berdiri tegak waktu dioperasikan di dalam air. Pelampung terbuat dari bahan sintetis yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari berat jenis air laut. Pelampung dipasang dengan menggunakan tali yang bahan maupun ukurannya disesuaikan dengan tali risnya.
Pemberat
Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap dan agar jaring dapat terbentang sempurna. Pemberat dipasang dengan mengguanakan tali pemberat. Pemberat ini dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, murah dan bahannya mudah didapat, misalnya timah hitam.
Cincin
Cincin terbuat dari kuningan atau besi yang anti karat. Alat ini berguna untuk jalanya tali kolor waktu ditarik sehingga jaring membentuk kantong. Untuk memasang ring diperlukan tali ring.
Tali ring
Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah. Tali ring terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas dan tali ris bawah.
Tali kerut/ Tali kolor
Untuk menutup bagian bawah jaring pada waktu dioperasikan digunakan tali kerut/ tali kolor untuk dilewatkan pada lobang cincin. Dengan ditariknya tali kerut ini maka ring akan berkumpul sehingga akan membentuk sebuah kantong. Bahan tali kerut biasanya dipilih tali yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatannya.
Alat bantu penangkapan ikan pada kapal purse seine
Dalam pelaksanaan magang operasi penangkapan ikan diperlukan alat bantu penangkapan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya operasi penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang dimaksud sebagai berikut:
Rumpon
Rumpon adalah alat bantu penangkapan yang fungsinya untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat. Dengan berkumpulnya ikan pada rumpon tersebut memudahkan nelayan untuk melakukan penangkapan dan kemungkinan keberhasilan suatu operasi akan semakin besar (Subani dan Barus,1988).
Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon :
Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga memudahkan ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan mencari makan.
Merupakan salah satu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (jenis ikan tongkol dan ikan cakalang). Dengan demikian tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon dapat diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak disekitar rumpon (Monitja,1993).
Fish Finder
Fish finder adalah alat untuk mengetahui kedalaman perairan, mengetahui gerombolan ikan, mengetahui bentuk dan kondisi di dasar perairan. Dengan diketahuinya kedalaman perairan maka dapat ditentukan warp yang harus dikeluarkan dari winch purse seine (area), dan dapat melihat topografi dasar perairan diantaranya : berlumpur, berpasir, berbatu keras, dasar terdapat banyak sea weed, bergunung-gunung karang atau dasar rata berkarang keras.
Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan pada saat survey pada rumpon dan selama operasi penangkapan. Hal ini disebabkan karena fish finder dapat memberikan informasi pada nahkoda antara lain mengenai keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, plankton dan kedalaman perairan di daerah tersebut.
Global Position System (GPS)
GPS adalah alat untuk menentukan posisi kapal di laut dan merupakan hasil perhitungan satelit. Alat ini juga sangat membantu dalam operasional di atas kapal terutama ketika kapal sedang mengadakan operasi penangkapan jauh dari pantai atau pulau.
Purse Line Winch/ Tali Kolor
Purse Line Winch atau tali kolor ini digunakan untuk menarik tali kerut dan menggulungnya pada purse line drum. Ukuran kecepatan menggulungnya dan kekuatan tarik purse line winch harus sesuai dengan bentuk dan besarnya winch roller terhadap purse line yang umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan dengan hidrolik. Tali kolor harus terbuat dari bahan yang tahan gesekan dan memiliki breaking strength yang baik.
Power Block
Fungsi Power Block adalah alat untuk menarik jaring purse seine dari dalam air ke atas kapal. Dengan adanya power block maka tubuh jaring yang ada di atasnya terus terbawa sehingga jaring berada di atas air terangkat naik ke permukaan dan dapat diturunkan tepat di atas buritan sehingga anak buah kapal hanya bertugas untuk mengatur alat tangkap tersebut. Keuntungan menggunakan power block adalah dapat menekan dan meringankan penggunaan tenaga manusia secara berlebihan.
Metode dan Teknik Penangkapan (Purse Seine)
Metode penangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah jaring dikerutkan sehingga ikan-ikan akan berkumpul di bagian bawah kantong. Dalam hal ini dengan mempersempit ruang lingkup gerak ikan, maka ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Mata jaring dan lembaran jaring berfungsi sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat ikan yang akan di tangkap (Ayodhyoa,1981).
ISSCFG (Internasiaonal Standart Statistical Classification On Fishing Gear) di dalam Nedelec (1991), mengatakan pukat cincin merupakan salah satu alat penangkap ikan pelagis yang hidup bergerombol dalam bentuk kelompok renang (antara lain : cakalang, tongkol, layang, kembung). Ikan terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang terkurung tersebut tidak dapat lolos dari penangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk seperti tangguk. Selanjutnya ikan yang telah ditangkap dipindahkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Sadhori (1985), mengatakan bahwa arah pelingkaran jaring pada saat melingkari gerombolan ikan dilakukan berdasarkan arah putaran baling-baling dan letak penempatan posisi jaring pada lambung kapal. Apabila kapal mempunyai arah baling-baling kanan maka pada saat melingkari gerombolan ikan kapal berbelok ke arah kanan akan lebih mudah. Sedangkan penempatan posisi alat tangkap di tempatkan pada lambung sebelah kanan. Hal ini untuk menghidari jaring dari putaran baling-baling pada saat kapal melakukan pelingkaran jaring. Dan apabila kapal mempunyai arah putaran baling-baling kiri, maka arah pelingkaran akan lebih mudah dilakukan jika berbelok arah kiri dan penempatan jaring disebelah kiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah operasi penangkapan ikan.
Sebelum dilakukan penurunan alat, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menemukan gerombolan ikan atau berusaha untuk menarik gerombolan ikan supaya berkumpul dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon dan cahaya lampu. Selain itu, pada saat pelingkaran jaring perlu diperhatikan kedudukan gerombolan ikan dan jaring terhadap arah datangnya angin yaitu harus di atas angin. Kedudukan kapal terhadap arah pergerakan gerombolan ikan harus berada di belakang. Sedangkan kedudukan jaring harus menghadang arah pergerakan ikan. Bila operasi ikan dilakukan pada siang hari, maka kedudukan jaring dan gerombolan ikan harus ditempatkan ke arah datangnya matahari, sedangkan kedudukan kapal bertentangan dengan arah datangnya sinar matahari (Sadhori,1985).
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu penangkapan, penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting. Yang dimaksud dengan fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah dimana terdapat berkumpul gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap dapat di operasikan dengan baik, dan biaya operasi tidak terlalu tinggi. Penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat dengan daerah pemasaran (E.W.Jatikusumo,1977).
Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan purse seine ini adalah ikan-ikan pelagic schoaling species. Artinya ikan tersebut haruslah ikan yang membentuk suatu gerombolan (Schoal) dan berada dekat dengan permukaan air (Sea surface). Sangat diharapkan pula agar densitas schoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainya harus sedekat mungkin.
Hasil tangkapan
Subani dan HR.Barus,1988/1989, mengatakan bahwa hasil tangkapan purse seine terutama untuk di pulau jawa dan sekitarnya adalah ikan layang, bentong, kembung, lemuru, dan lain-lain.
Ayodhyoa (1981), mengatakan pukat cincin pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya disebut dengan ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok. Oleh karena itu, pukat cincin mempunyai dimensi yang besar baik panjang maupun dalam (Brand,1992 dan Nasution,1995), agar mampu melingkari dan mengurung ikan tersebut secara mendatar dan tegak.
Penanganan Hasil Tangkap (di atas kapal)
Setelah ikan ditangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami pembusukan (higly perishable). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penaganan ikan perlu dilakukan agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan segar atau mendekati segar (Affriato.E,dan Liviawaty.E,1989).
Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)
Affriato.E,dan Liviawaty.E (1989), mengatakan bahwa es batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relative lebih murah. Oleh karena itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar. Dengan demikian harga jual ikan ini relatif akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang kurang segar. Proses pendinginan ikan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum fase rigomortis berakhir. Apabila dilakukan setelah fase autolisis, biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin.
Penggunaan Garam (Penggaraman)
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan diberbagai negara termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan (Affriato.E,dan Liviawaty.E,1989).
Semua kegiatan yang berhubungan dengan perairan apalagi jika berbicara tentang penangkapan ikan pastilah sangat membutuhkan alat transportasi dan alat penampung hasil penangkapan. Oleh karena itu semenjak zaman dahulu melalui proses perkembangan yang sangat panjang terciptalah alat transportasi yang kita kenal sekarang yaitu Kapal. Kapal adalah setiap jenis kendaraan air, termasuk berat kapal tanpa berat benam ( berat tanpa muatan/ berat bersih) dan pesawat terbang laut yang digunakan sebagai sarana pengangkutan di air. (P2TL,1972).
Kapal pukat cincin (purse seine) biasanya di sebut purse seiner. Pukat cincin dapat dioperasikan dengan satu kapal atau dua kapal. Salah satu kapal harus mempunyai olah gerak yang baik dan cepat, karena kecepatan kapal melingkarkan jaring pada gerombolan ikan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Kapal juga harus dilengkapi dengan palkah yang mempunyai kapasitas yang cukup untuk menyimpan hasil tangkapan selama operasi penangkapan berlangsung. Kapal pukat cincin harus mampu bergerak cepat terutama pada saat mengejar gerombolan ikan dan pada saat proses pelingkaran jaring, untuk itu mesin penggeraknya harus mempunyai daya atau tenaga dorong yang kuat. Selain itu stabilitas kapal pukat cincin harus mantap karena pada saat operasi berlangsung kapal akan menerima beban ke samping yang menyebabkan kapal miring dan keadaan itu sangat berbahaya apabila laut berombak besar. Untuk mendapatkan stabilitas kapal yang cukup baik pada kapal pukat cincin, perlu diperhatikan lebar kapal yang cukup besar dan tinggi kapal yang tidak terlalu tinggi.(Ditjen Perikanan,1992).
Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine dalam statistic perikanan Indonesia disebut dengan pukat cincin. Disebut pukat cincin karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan bagian bawah jaring sehingga terbentuk kantong. Ada pula yang menyebutkan purse seine dengan sebutan jaring kantong. Alat ini di operasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, sehingga disebut dengan jaring lingkar. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis, baik pelagis kecil maupun pelagis yang besar.
Prinsip penangkapan purse seine adalah dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang telah terkurung tidak lolos dari perangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan dengan tali kerut (purse line), sehingga purse seine membentuk seperti tangguk. Kemudian ikan yang telah tertangkap dinaikkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang Jawa Tengah yang selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun 1973 dan 1974. Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah lama mengenal purse seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya) dengan nama berbeda-beda seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam), Pukat langgar (di Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara dan Maluku), dan Gae (di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan).
Keberhasilan operasi penangkan ikan dengan pukat cincin ditentukan oleh desain alat tangkapnya. Berdasarkan prisip alat tangkap ikan purse seine, maka pembuatan jaring harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijadikan dasar pembuatan desain, antara lain sebagai berikut :
Jaring harus cukup panjang sehingga mampu melingkari gerombolan ikan/ sasaran penangkapan. Panjang jaring haruslah lebih dari 15 kali panjang kapal dan panjang kantong jaring minimal sama panjang dengan panjang kapal.
Jaring harus mempunyai kedalaman yang cukup besar agar ikan/ sasaran yang meloloskan diri secara vertical ke bawah dapat terhambat oleh jaring.
Mata jaring harus cukup lebar untuk mengurangi berat tahan jaring tetapi juga cukup sempit agar ikan terjerat/ terpuntal pada jaring. Pada bagian kantong mempunyai ukuran lebih kecil dari pada bagian jaring lainnya.
Jaring dilengkapi dengan pelampung yang cukup untuk mendukung berat jaring, termasuk berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong. Tetapi jumlah pemberat harus sesedikit mungkin dan cukup untuk menciptakan kecepatan tenggelam. Pemberat purse seine rata-rata 0,8 kg/meter dan daya apung minimal 2x jumlah pemberat (termasuk daya tenggelam bagian lainya).
Ayodhyoa (1985), mengatakan bahwa ikan-ikan pelagis umumnya membentuk gerombolan (schoal) serta berada dekat permukaan air. Ikan-ikan tertangkap purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakanya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping (horizontal) maupun ke arah vertical.
Purse seine merupakan alat tangkap berbentuk jaring yang dilingkari dengan kapal yang berkecapatan tinggi. Di bagian bawah jaring terdapat beberapa cincin untuk lintasan tali kerut. Tali kerut ditarik agar terbentuk kantong di tengah atau disalah satu ujung jaring. Pada umumnya jaring terdiri dari tiga bagian : sayap, badan, kantong.
Nasution (1978), mengatakan purse seine termasuk alat tangkap yang khusus untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Purse seine dapat menangkap ikan dengan segala ukuran, mulai dari ikan-ikan kecil sampai ikan-ikan besar tergantung pada mata jaring yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring yang digunakan maka semakin kecil ikan yang tertangkap.
Nasution (1995), mengatakan bahwa bagian-bagian utama dari purse seine adalah sebagai berikut :
Jaring utama
Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian purse seine berbeda-beda, dan ada pula yang sama. Bagian yang mempunyai ukuran yang sama terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang besar. Sementara itu pada bagian kantong ukuran matanya kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan. Pada umumnya ukuran benang yang digunakan adalah kebalikan dari mata jaring. Semakin kecil ukuran mata jaring maka ukuran benangnya semakin besar, begitu sebaliknya.
Selvedge
Pada tali ris atas maupun tali ris bawah, selvedge merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah robek pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya ukuran mata jaring pada selvedge dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama. Sedangkan untuk ukuran mata benangnya tiga sampai empat kali lebih besar dari ukuran mata jaring utama. Bahan yang digunakan adalah Poly Ethylene (PE) atau nylon (PA).
Tali Ris
Tali ris terdiri dari ris atas dan ris bawah. Tali ris atas untuk pelampung dan tali ris bawah untuk pemberat. Tali ris atas maupun bawah menggunakan tali yang arah pintalnya berlawanan yaitu pintalan kiri dan pintalan kanan. Hal ini gunanya untuk mencegah agar jaring tidak mudah terbelit atau melintir.
Pelampung
Pelampung berguna untuk memberi daya apung pada alat tangkap agar alat tangkap tersebut dapat berdiri tegak waktu dioperasikan di dalam air. Pelampung terbuat dari bahan sintetis yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari berat jenis air laut. Pelampung dipasang dengan menggunakan tali yang bahan maupun ukurannya disesuaikan dengan tali risnya.
Pemberat
Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap dan agar jaring dapat terbentang sempurna. Pemberat dipasang dengan mengguanakan tali pemberat. Pemberat ini dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, murah dan bahannya mudah didapat, misalnya timah hitam.
Cincin
Cincin terbuat dari kuningan atau besi yang anti karat. Alat ini berguna untuk jalanya tali kolor waktu ditarik sehingga jaring membentuk kantong. Untuk memasang ring diperlukan tali ring.
Tali ring
Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah. Tali ring terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas dan tali ris bawah.
Tali kerut/ Tali kolor
Untuk menutup bagian bawah jaring pada waktu dioperasikan digunakan tali kerut/ tali kolor untuk dilewatkan pada lobang cincin. Dengan ditariknya tali kerut ini maka ring akan berkumpul sehingga akan membentuk sebuah kantong. Bahan tali kerut biasanya dipilih tali yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatannya.
Alat bantu penangkapan ikan pada kapal purse seine
Dalam pelaksanaan magang operasi penangkapan ikan diperlukan alat bantu penangkapan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya operasi penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang dimaksud sebagai berikut:
Rumpon
Rumpon adalah alat bantu penangkapan yang fungsinya untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat. Dengan berkumpulnya ikan pada rumpon tersebut memudahkan nelayan untuk melakukan penangkapan dan kemungkinan keberhasilan suatu operasi akan semakin besar (Subani dan Barus,1988).
Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon :
Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga memudahkan ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan mencari makan.
Merupakan salah satu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (jenis ikan tongkol dan ikan cakalang). Dengan demikian tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon dapat diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak disekitar rumpon (Monitja,1993).
Fish Finder
Fish finder adalah alat untuk mengetahui kedalaman perairan, mengetahui gerombolan ikan, mengetahui bentuk dan kondisi di dasar perairan. Dengan diketahuinya kedalaman perairan maka dapat ditentukan warp yang harus dikeluarkan dari winch purse seine (area), dan dapat melihat topografi dasar perairan diantaranya : berlumpur, berpasir, berbatu keras, dasar terdapat banyak sea weed, bergunung-gunung karang atau dasar rata berkarang keras.
Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan pada saat survey pada rumpon dan selama operasi penangkapan. Hal ini disebabkan karena fish finder dapat memberikan informasi pada nahkoda antara lain mengenai keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, plankton dan kedalaman perairan di daerah tersebut.
Global Position System (GPS)
GPS adalah alat untuk menentukan posisi kapal di laut dan merupakan hasil perhitungan satelit. Alat ini juga sangat membantu dalam operasional di atas kapal terutama ketika kapal sedang mengadakan operasi penangkapan jauh dari pantai atau pulau.
Purse Line Winch/ Tali Kolor
Purse Line Winch atau tali kolor ini digunakan untuk menarik tali kerut dan menggulungnya pada purse line drum. Ukuran kecepatan menggulungnya dan kekuatan tarik purse line winch harus sesuai dengan bentuk dan besarnya winch roller terhadap purse line yang umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan dengan hidrolik. Tali kolor harus terbuat dari bahan yang tahan gesekan dan memiliki breaking strength yang baik.
Power Block
Fungsi Power Block adalah alat untuk menarik jaring purse seine dari dalam air ke atas kapal. Dengan adanya power block maka tubuh jaring yang ada di atasnya terus terbawa sehingga jaring berada di atas air terangkat naik ke permukaan dan dapat diturunkan tepat di atas buritan sehingga anak buah kapal hanya bertugas untuk mengatur alat tangkap tersebut. Keuntungan menggunakan power block adalah dapat menekan dan meringankan penggunaan tenaga manusia secara berlebihan.
Metode dan Teknik Penangkapan (Purse Seine)
Metode penangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah jaring dikerutkan sehingga ikan-ikan akan berkumpul di bagian bawah kantong. Dalam hal ini dengan mempersempit ruang lingkup gerak ikan, maka ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Mata jaring dan lembaran jaring berfungsi sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat ikan yang akan di tangkap (Ayodhyoa,1981).
ISSCFG (Internasiaonal Standart Statistical Classification On Fishing Gear) di dalam Nedelec (1991), mengatakan pukat cincin merupakan salah satu alat penangkap ikan pelagis yang hidup bergerombol dalam bentuk kelompok renang (antara lain : cakalang, tongkol, layang, kembung). Ikan terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang terkurung tersebut tidak dapat lolos dari penangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk seperti tangguk. Selanjutnya ikan yang telah ditangkap dipindahkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Sadhori (1985), mengatakan bahwa arah pelingkaran jaring pada saat melingkari gerombolan ikan dilakukan berdasarkan arah putaran baling-baling dan letak penempatan posisi jaring pada lambung kapal. Apabila kapal mempunyai arah baling-baling kanan maka pada saat melingkari gerombolan ikan kapal berbelok ke arah kanan akan lebih mudah. Sedangkan penempatan posisi alat tangkap di tempatkan pada lambung sebelah kanan. Hal ini untuk menghidari jaring dari putaran baling-baling pada saat kapal melakukan pelingkaran jaring. Dan apabila kapal mempunyai arah putaran baling-baling kiri, maka arah pelingkaran akan lebih mudah dilakukan jika berbelok arah kiri dan penempatan jaring disebelah kiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah operasi penangkapan ikan.
Sebelum dilakukan penurunan alat, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menemukan gerombolan ikan atau berusaha untuk menarik gerombolan ikan supaya berkumpul dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon dan cahaya lampu. Selain itu, pada saat pelingkaran jaring perlu diperhatikan kedudukan gerombolan ikan dan jaring terhadap arah datangnya angin yaitu harus di atas angin. Kedudukan kapal terhadap arah pergerakan gerombolan ikan harus berada di belakang. Sedangkan kedudukan jaring harus menghadang arah pergerakan ikan. Bila operasi ikan dilakukan pada siang hari, maka kedudukan jaring dan gerombolan ikan harus ditempatkan ke arah datangnya matahari, sedangkan kedudukan kapal bertentangan dengan arah datangnya sinar matahari (Sadhori,1985).
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu penangkapan, penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting. Yang dimaksud dengan fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah dimana terdapat berkumpul gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap dapat di operasikan dengan baik, dan biaya operasi tidak terlalu tinggi. Penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat dengan daerah pemasaran (E.W.Jatikusumo,1977).
Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan purse seine ini adalah ikan-ikan pelagic schoaling species. Artinya ikan tersebut haruslah ikan yang membentuk suatu gerombolan (Schoal) dan berada dekat dengan permukaan air (Sea surface). Sangat diharapkan pula agar densitas schoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainya harus sedekat mungkin.
Hasil tangkapan
Subani dan HR.Barus,1988/1989, mengatakan bahwa hasil tangkapan purse seine terutama untuk di pulau jawa dan sekitarnya adalah ikan layang, bentong, kembung, lemuru, dan lain-lain.
Ayodhyoa (1981), mengatakan pukat cincin pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya disebut dengan ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok. Oleh karena itu, pukat cincin mempunyai dimensi yang besar baik panjang maupun dalam (Brand,1992 dan Nasution,1995), agar mampu melingkari dan mengurung ikan tersebut secara mendatar dan tegak.
Penanganan Hasil Tangkap (di atas kapal)
Setelah ikan ditangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami pembusukan (higly perishable). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penaganan ikan perlu dilakukan agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan segar atau mendekati segar (Affriato.E,dan Liviawaty.E,1989).
Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)
Affriato.E,dan Liviawaty.E (1989), mengatakan bahwa es batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relative lebih murah. Oleh karena itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar. Dengan demikian harga jual ikan ini relatif akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang kurang segar. Proses pendinginan ikan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum fase rigomortis berakhir. Apabila dilakukan setelah fase autolisis, biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin.
Penggunaan Garam (Penggaraman)
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan diberbagai negara termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan (Affriato.E,dan Liviawaty.E,1989).
0 komentar:
Posting Komentar