PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
Rabu, 22 April 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha perikanan di indonesia kian hari semakin menunjukkan prospek yang sangat cerah. Salah satu yang paling menonjol adalah dalam hal penyediaan benih. Penyediaan benih sendiri berlangsung atas dasar pemijahan yang bertujuan untuk menghasilkan anakan / benih yang berkualitas baik, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Dalam konteks menghasilkan benih yakni melalui kegiatan pemijahan, fertilisasi merupakan salah satu hal yang menyebabkan terjadinya / terbentuknya embrio yang seiring perkembangannya akan berubah menjadi benih. Sebagai seorang akuakulturis pengetahuan mengenai proses terjadinya fertilisasi mutlak harus difahami, karena melalui pengetahuan ini tentunya seorang akuakulturis dapat mengaplikasikannya di dalam menghasilkan benih yang baik dari segi produksi maupun produktifitas.
Melihat penjelasan di atas untuk itu pada kesempatan praktikum kali ini mahasiswa dituntut untuk dapat mengetahui proses terjadinya fertilisasi, adapun media yang digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio).
1.2. Tujuan
Mahasiswa mengenal secara detail dan jelas pembuahan (fertilisasi) terutama pada ikan mas.
Mengetahui pengertian dari fertilisasi tersebut.
Mengetahui dengan jelas tahapan-tahapan dari pembuahan itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikanstadianya.
Menurut Nagahama (1983) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volumesitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelas. Yamamoto dalam Nagahama (1983) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus),stadium oil drop stadium yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium matang. Sedangkan Chinabut et al. (1991) membagi oosit dalam 6 kelas untuk Clarias sp, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium pertama, dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut: -stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di tengah. -stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.
-stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan
provitilin nukleoli mengelilingi inti.-stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini,oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiata tampak jelas pada epitel folikular. -stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur.
Butiran kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas. -stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi.Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.Pengetahuan tingkat kematangan gonad sangat penting dan sangat menunjang keberhasilan dalam membenihkan ikan karena berkaitan erat dengan pemilihan caloncalon induk ikan yang akan dipijahkan. Semakin tinggi tingkat perkembangan gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari akumulasi kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan secara bertahap. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikanmenetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal (Lagler et al. 1977). Tam et al. (1986) menyatakan bahwa pada saat menjelang ovulasi akan terjadi peningkatan diameter oosit karena diisi oleh massa kuning telur yang homogen akibat adanya peningkatan kadar estrogen dan vitelogenin. Sementara itu, menurut Bagenal(1969), ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan. Benih ikan brown trout yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup yang lebih tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan telur-telur yang berukuran kecil.Woynarovich dan Horvath (1980) menyatakan bahwa induk yang pantas dipijahkan adalah induk yang telah melewati fase pembentukan kuning telur (fasevitellogenesis) dan masuk ke fase dorman. Fase pembentukan kuning telur dimulai sejak terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning telur da!am sel telur dan berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau nukleolus tertarik ke tengah nukleus. Setelah fase pembentukan kuning telur berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap ini disebut fase istirahat (dorman). Menurut Lam(1985), apabila rangsangan diberikan pada saat ini, maka akan menyebabkan terjadinya migrasi inti ke perifer, kemudian inti pecah atau melebur pada saat pematangan oosit, ovulasi (pecahnya folikel), dan oviposisi. Menurut Suyanto (1986),bilamana kondisi lingkungan tidak cocok dan rangsangan tidak tersedia maka telur dorman tersebut akan mengalami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali oleh lapisan folikel melalui atresia. Faktor-faktor eksternal lain yang menyebabkan terjadinya atresia adalah ketersediaan pakan (Bagenal 1978), sedangkan faktor internal adalah umur telur.
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi. Pada tapan fertilisasi yaitu terjadi saat masuknya material genetik jantan pada sitoplasma sel telur, ingá melebur dan menyatu, sempurnanya fertilisasi ditandai dengan keluarnya PolarBody.
0 komentar:
Posting Komentar